Namanya sudah tidak asing di kalangan masyarakat Jawa Timur, terutama di daerah Tapal Kuda dan kawasan Madura, serta sebagian besar di wilayah Mataraman, dan Pantura. Ia adalah Drs. H. Hasan Aminuddin,M.Si.,mantan Bupati Probolinggo dua periode yang kini menjadi anggota Komisi VIII DPR-RI dari Partai NasDem.
Pengalamannya di panggung politik dapat ditelusuri sejak awal tahun 1990-an. Di usianya yang relatif masih muda, tepatnya pada tahun 1992 beliau terpilih menjadi anggota DPRD di daerah kelahirannya, Probolinggo dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP). Pasca reformasi, karir politiknya semakin cemerlang, setelah ia terpilih menjadi Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo periode 1999-2004dari Partai Kebangkitan Bangsa (PKB).
Setahun sebelum mengakhiri masa jabatannya sebagai Ketua DPRD Kabupaten Probolinggo, pria yang akrab disapa Pak Hasan itu, terpilih menjadi Bupati Probolinggo untuk yang pertama kalinya di era reformasi masa bakti 2003-2008. Jabatan bupati itu kembali disandangnya hingga tahun 2013, setelah Pak Hasan memenangkan kompetisi politik dalam Pilkada yang dipilih langsung oleh masyarakat pada tahun 2008, dengan raihan suara sebesar 425.579 suara (67 persen). Kini, posisi orang nomor 1 di kota bawang itu digantikan oleh istrinya, bernama Puput Tantriana Sari.
Seiring dengan dinamika politik yang terjadi di negeri ini, karir politik politisi handal asal Probolinggo itu, terus melaju pasti dan meroket hingga menghiasi panggung politik regional dan tingkat nasional.
Setelah tak lagi menjabat Bupati Probolinggo, suami Bupati Probolinggo itu kembali ke gelanggang politik praktis melalui Partai NasDem. Pengabdiannya di NasDem diawali menjadi Ketua Ormas Nasional Demokrat Jawa Timur, pada tahun 2010, dan dijabatnya sampai sekarang.
Ketika Ormas bentukan H. Surya Paloh itu bermetamorfosis menjadi partai politik di tahun 2011, Hasan Aminuddin dipercaya menjadi Ketua DPP Partai NasDem Bidang Agama dan Masyarakat Adat merangkap Ketua Dewan Pertimbangan Partai NasDem Jawa Timur.
Pada Pemilu 2014 silam, pria yang juga akrab disapa Bindereh Hasanitu terpilih menjadi anggota DPR-RI dari Daerah Pemilihan Jatim 2 (Probolinggo-Pasuruan), dengan raihan suara yang sangat mengesankan, yakni 190.226 suara. Nama Hasan Aminuddin kemudian masuk dalam kategori caleg terpilih dengan predikat the best ten bersanding dengan nama-nama politisi tersohorlainnya, seperti: Puan Maharani (PDIP), Edhie Bhaskoro Yudhoyono (Partai Demokrat), Nusron Wahid (Partai Golkar), A. Hanafi Rais (PAN), dan sebagainya.
Selain menjadi anggota Komisi VIII DPR-RI Fraksi NasDem yang membidangi Agama, Sosial, Bencana Alam, sertaKesehatan Ibu dan Anak, kini Hasan Aminuddin menjadi pengasuh Pondok Pesantren Hati, yang didirikannya pada tahun 2010 silam di Kraksaan, Probolinggo. Sejak menjadi pengasuh Pondok Pesantren, sebagian masyarakat memanggilnya dengan sebutan kiai, sebuah sebutan kehormatan yang lazim diberikan kepada pengasuh pesantren.
Pesantren yang didirikannya itu berbeda dengan pesantren-pesantren konvensional lainnya. Pesantren ini sengaja didesain dengan model yang memadukan konsep kearifan lokal (local wisdom) dan kemodernan, atau pendekatan yang mengkombinasikan model salaf dan khalaf. Para santri yang belajar di lembaga ini berasal dari anak-anak fakir miskin yang berprestasi, dengan tanpa dipungut biaya sepeserpun.
Selain dibekali dengan ilmu-ilmu keislaman dan ilmu-ilmu umum, santri-santri yang belajar di Pesantren Hati tersebut juga dididik untuk menguasai bahasa asing, seperti Bahasa Arab dan Inggris, serta ketrampilan-ketrampilan praktislainnya. Tenaga pengajar Pesantren Hati berasal dari kalangan profesional dengan tingkat pendidikan minimal S2.
Pendirian Pesantren Hati tersebut adalah sisi lain dari sekian banyak bentuk pengabdian (amal jariyah) Pak Hasan kepada masyarakat, bangsa dan Negara, serta agama, yang tidak akan pernah terputus pahalanya.
Dengan berbekal pengalaman menjadi bupati dua periode, dan menjadi Wakil Rakyat, serta investasi sosial yang cukup, Hasan Aminuddin siapmencalonkan diri sebagaiCalon Gubernur Jawa Timur pada Pilkada serentak yang akan digelar di tahun 2018 mendatang. Sikap ini diambil sebagai konsekuensi dari seorang tokoh yang sejak awal telah mendedikasikan hidupnya untuk memberikan sebesar-besarnya manfaat bagi orang lain (anfa’uhum li-nash)
Sumber : Hasan Untuk Kita