==thumbnail WA==
Home » , » Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Catat 216 ODR, 20 ODP dan 3 PDP

Satgas Percepatan Penanganan COVID-19 Catat 216 ODR, 20 ODP dan 3 PDP

PROBOLINGGO – Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Non Alam dan Percepatan Penanganan Corona Virus Disease (COVID-19) Kabupaten Probolinggo merilis update terbaru perkembangan COVID-19 di Kabupaten Probolinggo. Hingga Minggu (22/3/2020) pagi terdapat 216 Orang Dalam Resiko (ODR), 20 Orang Dalam Pemantauan (ODP) dan 3 Pasien Dalam Pengawasan (PDP). Untuk 3 PDP ini berada di Kecamatan Kraksaan 2 orang dan Kecamatan Dringu 1 orang.
Hal tersebut ditegaskan oleh Juru Bicara Satuan Tugas (Satgas) Penanggulangan Bencana Non Alam dan Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo dr Anang Budi Yoelijanto didampingi Ketua Satgas Penanggulangan Bencana Non Alam dan Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo Anggit Hermanuadi dan Kepala Dinas Komunikasi, Informatika, Statistik dan Persandian (Diskominfo) Kabupaten Probolinggo Yulius Christian saat melakukan pers release bersama sejumlah awak media.
“Sementara hasil dari pemeriksaan terhadap 2 PDP yang sudah dirujuk ke RSUD Sidoarjo dan Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang sampai sekarang masih dalam tahap menunggu hasil pemeriksaan lebih awal. Kita masih menunggu poses antrian untuk pemeriksaan dikirim ke laboratorim,” katanya.
Terkait dengan adanya 2 (dua) warga dari Kecamatan Dringu dan Kraksaan ini Anang menyampaikan bahwa penyemprotan anti virus itu memang prosedur yang standar. Terlebih dari itu untuk sementara dua kasus itu belum positif.
“Cuma kita mencoba untuk mendalami berkaitan dengan kasus tersebut. Habis itu kita sarankan masyarakat untuk isolasi di rumah secara mandiri. Sambil kita menunggu hasil pemeriksaan dari laboratorium. Kalau ini positif maka kita akan lebih masif lagi. Masalah penyemprotan itu sudah terprogram ada kasus dan tidak kasus. Fasilitas-fasilitas umum akan kita lakukan penyemprotan,” jelasnya.
Anang menerangkan kasus balita PDP yang tinggal di belakang daerah Pasar Dringu tersebut sudah ditangani dengan baik. Tetapi kasus seperti pasar dimanapun sudah menjadi program Satgas Penanggulangan Bencana Non Alam dan Percepatan Penanganan COVID-19 Kabupaten Probolinggo untuk dilakukan pengawasan dan penyemprotan.
“Semua fasilitas umum akan dilakukan pengawasan termasuk penyemprotan. Semua sudah berjalan hanya jadwalnya saja yang masih belum. Semua sudah diprogram bahwa semua pasar tradisional akan dilakukan pengawasan dan penyemprotan,” terangnya.
Selama dalam proses penanganan di RSSA Malang, balita PDP 3 tahun asal Kecamatan Dringu akan didampingi oleh orang tuanya. Kita juga melakukan pengawasan dan pendampingan di rujukan RSSA Malang. “Terus kita melakukan pengawasan bagi keluarga yang tinggal di rumah. Hal ini sesuai dengan perintah dari Ibu Bupati,” tegasnya.
Terkait dengan adanya informasi WNA (Warga Negara Asing) yang bekerja di PT YTL Jawa Power Paiton yang meninggal dunia di RS Rizani Paiton karena positif virus Corona, Anang memastikan bahwa berita itu tidak benar dan hanya hoax.
“Dari data sebaran kasus COVID-19 di Kabupaten Probolinggo, wilayah Kecamatan Paiton jumlahnya memang tinggi. Yang pastik hasil itu berasal dari pengecekan jajaran kesehatan puskesmas yang ada di Kecamatan Paiton. Tetapi sumber datanya ada juga yang diberikan oleh perusahaan. Perusahan memberikan informasi, baru kita melakukan identifikasi dan melakukan pendampingan. Jadi itu hasil pengecekan yang dilakukan oleh jajaran dari puskesmas,” tegasnya.
Anang mengaku turut prihatin terkait dengan adanya informasi sebuah apotik di wilayah Kecamatan Paiton yang menjual masker dengan harga yang lumayan mahal. Oleh karena itu pihaknya berharap agar masyarakat tidak menggunakan situasi ini untuk mencari keuntungan pribadi.
“Dari Satgas kita sudah tugaskan ada Satgas Ekonomi dan Kesehatan. Kita melakukan pengawasan, mungkin masih terlewat. Kalau ada pelanggaran maka akan kita beri teguran karena memang sudah berjalan,” akunya.
Lebih lanjut Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Probolinggo ini mengakui bahwa secara umum di apotik saat ini memang masker sedang kosong karena memang kesulitan untuk mendapatkannya.
“Kita hanya memfasilitasi apotik untuk mendapatkan masker tetapi tidak mudah. Fokus kami di Satgas menyediakan alat-alat pelindung diri untuk memback up rumah sakit dan puskesmas yang ada. Supaya mereka dalam melaksanakn tugasnya aman sehingga bisa memberikan pelayanan maksimal kepada masyarakat,” ungkapnya.
Dengan semakin banyaknya jumlah ODR, Anang mengakui bahwa kebutuhan masker memang sangat tinggi. Sementara di sisi lain masyarakat kesulitan untuk mendapatkan masker. Oleh karena itu Dinkes akan menyediakan masker untuk melayani masyarakat termasuk pasien yang sedang batuk.
“Kita harapkan nantinya masyarakat yang batuk dan ada keluhan sakit di pusat layanan kesehatan akan diberikan masker secara gratis. Karena itu sumber penularan dan akan diprioritaskan mendapatkan masker gratis,” jelasnya.
Terkait dengan pengajuan rumah sakit di Kabupaten Probolinggo sebagai rumah sakit rujukan Anang menyampaikan hal ini masih dalam proses persiapan untuk diusulkan. Artinya pada kondisi tertentu memang Bupati Probolinggo akan merencanakan ada sebuah tempat layanan yang akan memusatkan layanan untuk COVID-19. Sekarang masih proses-proses pembahasan. Semua ini sebagai upaya mengantisipasi untuk menyiapkan tempat layanan pusat rujukan.
“Tentunya berkaitan kalau tempat itu dinyatakan sebagai layanan untuk pusat rujukan maka semua sarana prasarananya harus dipenuhi mulai dari tempat tidur, alat pelindung diri dan alat-alat canggih lainnya.Cuma sekarang masih pada taraf pengkajian tinggal menunggu keputusan dari Ibu Bupati,” akunya.
Selanjutnya berkaitan dengan adanya informasi warga Desa Asembakor Kecamatan Kraksaan yang meninggal ketika hendak bekerja dan ditolak karena suhu badannya tinggi, Anang memastikan informasinya agak sedikit berbeda dari informasi yang diterima oleh Dinkes Kabupaten Probolinggo. Dia dinyatakan bekerja ke Surabaya bukan mau bekerja ke luar negeri.
“Tetapi yang pasti kasus itu sebenarnya dia datang, baru diperiksa dan belum terkonfirmasi secara jelas yang bersangkutan karena kondisinya meninggal. Kita melakukan pengawasannya dan pelacakannya kemudian memastikan bahwa masyarakat tidak perlu panik. Karena sumber penularan tidak harus dari orang itu. Inipun juga masih belum pasti, makanya dinyatakan PDP. Makanya lebih pasti tidak perlu kita hebohkan, justru kita doakan yang penting masyarakat ini membatasi diri untuk keluar rumah, jaga kesehatannya dan jaga kontak,” pungkasnya. 

Share this post :
Comments
0 Comments

Posting Komentar

Next Back Home